Bagaimana Hubungan Tinggi Badan dengan Kecerdasan?

Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan seseorang jauh di bawah tinggi badan orang seusianya.

Stunting ini merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Karena bersifat kronis, maka hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama untuk menimbulkan dampak.

Pentingnya menjaga kesehatan Ibu dan Anak

Masalah stunting ini erat kaitannya dengan kesehatan ibu dan anak. Sebab stunting berpengaruh sejak sedini itu, semenjak bayi masih dalam kandungan. Asupan gizi ibu hamil dan ibu menyusui harus diperhatikan untuk mencegah dampak masalah gizi anak balita.

Pada ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) akan berisiko melahirkan bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Bayi BBLR berisiko memiliki daya tahan tubuh yang rendah, sehingga akan rentan penyakit.

Dalam jangka pendek, kekurangan gizi menyebabkan gangguan kecerdasan dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh, serta gangguan metabolisme. Dalam jangka panjang, kekurangan gizi menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual, gangguan struktur dan fungsi saraf dan sinaps.

Intinya, selain berdampak pada ukuran tinggi anak, kekurangan gizi pada anak pendek (stunting) bahkan bisa menyebabkan susahnya otak menyerap pelajaran di usia sekolah. Selain itu juga meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung kroner, dan stroke. Gawatnya, dampak ini bersifat permanen.

Penelitian Ricardo dalam Bhutta tahun 2013: Balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta, atau 15 persen kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta Disability Adjusted Life Years (DALYs) yaitu hilangnya masa hidup sehat setiap tahun.

Apakah bayi yang lahir dengan berat badan rendah (BBLR) masih punya harapan?

Jangan putus asa dulu.

Teruslah upayakan memberi gizi yang baik untuk si bayi. Faktanya, ada loh, bayi yang lahir dengan BBLR, namun akhirnya bisa tumbuh dengan baik. Begitu kata dosen matkul Gizi saya, dr. Zulkarnain Agus, MPH, MSc, SPGK pada suatu hari.

Penting untuk gerak cepat, memperbaiki kondisi ini secepat mungkin, jangan sampai terlambat. Perhatikan betul gizi bayi, terutama pada masa usia emas atau golden age.

Golden age adalah 1000 hari pertama kehidupan yang dihitung semenjak dalam kandungan. Masa ini sangat penting karena pada masa inilah pertumbuhan sel otak berkembang pesat. Pada masa ini, kemampuan otak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Oleh karena itu, sangat perlu mencukupi anak dengan gizi yang baik.

Mengukur tinggi badan sesuai umur

Apakah semua anak pendek tergolong stunting? Berapa pendeknya ukuran tinggi badan anak sehingga dapat dikategorikan sebagai stunting? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang barangkali muncul dalam pemikiran kita.

Kita dapat memperoleh jawabannya melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak (dapat diunduh melalui http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/buku-sk-antropometri-2010.pdf)

Standar Panjang Badan Menurut Umur
Standar Panjang Badan Menurut Umur. Sumber: https://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/buku-sk-antropometri-2010.pdf

Jika nilainya minus, maka curigailah mungkin si anak mengalami kekurangan gizi. Jika -2 atau -3 SD, maka waspadalah si anak stunting. Begitu menurut WHO.

Indonesia kan negeri yang kaya dengan sumber daya alam. Ada ikan di laut dan sungai (atau kolam), ada tanah yang subur. Tinggal dimanfaatkan dengan baik. Kalau kata dr. Tan, "Konsumsi dulu, baru komuditi." Iya, kayak nelayan, nyari ikan. Petani, nanam tumbuh-tumbuhan. Ingat perut sendiri dulu, yang fresh from the sea or from the garden, baru urutan selanjutnya untuk dijual.

"Sehat adalah bicara 'saya makan, saya ingin sehat'. Bukan 'saya makan, saya ingin kenyang.' Kenyang aja gak cukup, cuy." -Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum dalam acara Temu Blogger Kesehatan di Padang, 2018

Yuk saling mengingatkan, semoga kita tidak menjadi pribadi yang malas makan, atau malas mencari makan. Tapi, makan yang dimaksud bukan sekadar makan ya...

(Materi dalam tulisan ini didapatkan dari Temu Blogger Kesehatan bersama Kemenkes RI pada Maret 2018, kuliah gizi di kelas, dan referensi dari Kepmenkes RI)

10 comments:

  1. Wah..bermanfaat sekal ilmunya, penting untuk diketahui oleh ibu, calon ibu, bahkan calon orang tua. Agar resiko stunting pada anak dapat dicegah. Sehingga generasi muda Indonesia sehat dan cerdas. Terima kasih mbak, sudah berbagi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tepat sekali mba :) Terima kasih udah singgah dan meninggalkan komentar yang baik :)

      Delete
  2. Mulanya agak shok sama judul, apakah saya yg terbilang pendek termasuk bodoh rupanya beda versi toh 😆

    ReplyDelete
  3. Bodoh atau pintar selain karena faktor gizi juga karena faktor Gen,lingkungan dll.

    Ingin pintar makanya belajar..hahahah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Kang. Karena faktor pribadinya sendiri juga, apakah dia rajin belajar atau enggak. Wah, terima kasih udah menambahkan ya.

      Delete
  4. Harus benar-benar dijaga asupan gizi berimbang anak-anak sejak lahir..

    ReplyDelete
  5. apakah faktor masalah tinggi badan juga berpengaruh dengan turunan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa jadi kak. Karena sifat hereditas/keturunan. Anak memiliki sifat sel yang mirip dengan sifat sel yang diturunkan dari orangtuanya. Faktor keturunan memang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Namun, persentasenya lebih kecil daripada faktor perilaku, lingkungan (fisik, sosial, budaya, ekonomi). Jadi, kalau orangtuanya pendek, tidak menutup harapan bahwa anaknya tinggi.

      Delete

Terima kasih telah meninggalkan kritik dan saran yang santun dan membangun :)

About

Taruih Baraja merupakan sebuah personal blog oleh seorang bernama Nadel. Isinya tidak spesifik di satu niche/topik, sebagaimana hidup dan pemikiran yang juga punya beragam warna [...] Kenali lebih lanjut

Contact

taruihbaraja@gmail.com

Made with ❤ Taruih Baraja