Bincang-bincang Seputar Masalah Gizi Hingga Susu Kental Manis: Kental Manis Bukan Minuman

Awal November 2019 ini saya mendapatkan kesempatan untuk menghadiri seminar dan talkshow bertajuk "Peduli Gizi Anak Menuju Generasi Emas 2045" yang diselenggarakan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bekerja sama dengan PP 'AISYIYAH Sumatera Barat. Melalui tulisan ini, saya mencoba untuk berbagi pelajaran yang didapatkan pada acara itu.

Tak jauh dari tema, seminar dan talkshow tersebut membahas seputar permasalahan gizi yang ada di Indonesia (dan masih juga seputar masalah stunting). Di samping itu, pada acara ini, kita juga membahas kandungan gizi pada Susu Kental Manis (SKM). Narasumber berasal dari Dinas Kesehatan Sumatera Barat, BPOM Sumatera Barat, YAICI, serta dari PP 'Aisyiyah.

Kekurangan gizi pada anak

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumatera Barat tahun 2018, terdapat 6.793 bayi usia di bawah dua tahun (baduta) bergizi buruk, 15.942 baduta stunting, 6.685 bayi berbadan sangat kurus. Tidak hanya baduta, kondisi memprihatinkan juga terjadi pada anak di bawah lima tahun (balita). Sedikitnya, 28.898 balita terdata kurang gizi, 59.641 balita stunting, dan 19.667 berbadan sangat kurus. 

Permasalahan gizi ini memiliki banyak faktor. Persoalan ekonomi, pengetahuan, dan pola asuh merupakan faktor penyebab permasalahan gizi ini. Meskipun boleh jadi setiap faktor itu bisa saling berkaitan.

(Susu) Kental Manis dan kaitannya dengan gizi

Awalnya saya bertanya-tanya di dalam hati, apakah topik Susu Kental Manis ini belum basi? Sebab sudah lama tak terdengar kabarnya lagi setelah lebih dari setahun yang lalu menjadi perbincangan hangat di berbagai media. Ternyata YAICI sendiri telah mendata, dan menemukan kasus-kasus pemberian Susu Kental Manis sebagai susu.

Jadi, Susu Kental Manis hanya mengandung sedikit susu, tapi banyak gula. Walaupun mengandung nutrisi, pemberian Susu Kental Manis sebagai susu bukanlah hal yang tepat karena kandungan gulanya yang amat banyak dan mendominasi komposisi. Kadar gula yang banyak dapat berpotensi menyebabkan diabetes dan/atau obesitas.

Mungkin kasus ini tak lagi digemborkan di media mainstream karena telah terjadi pembenahan pada packaging Susu Kental Manis. Pelabelan "susu" pada kemasan Susu Kental Manis sudah ditiadakan. Kata "susu" telah beralih ke "krimer" atau dihapus dan meninggalkan dua kata: "Kental Manis".

Entah bagaimana iklan Susu Kental Manis itu sekarang. Sebagai seorang yang jarang menonton TV, saya belum menemukan bagaimana bentuk iklan Susu Kental Manis saat ini. Iklan itu pun belum pernah saya dapati ketika saya menonton youtube atau main instagram.

Apakah iklan Susu Kental Manis sekarang sudah tidak lagi memperlihatkan anak yang riang gembira, menampilkan visual segelas susu yang kemudian diminum bersama sambil menggunakan kalimat "awali dengan segelas nutrisi"? Yang jelas, kemasannya kini telah dirombak.

Tinggallah merombak pola pikir masyarakat yang masih mengomsumsinya sebagai minuman utama yaitu menjadi susu. Sebab, penggunaan Susu Kental Manis (yang kini telah berganti nama dan menghapus kata "susu") yang benar ialah sebagai pendamping atau topping pada makanan atau minuman.

Itulah kurang lebih pelajaran yang saya petik pada acara tersebut.

Oh ya, selain seminar dan talkshow, pada acara itu juga ada lomba kreasi olahan Kental Manis juga menu gizi seimbang Isi Piringku. Sayang, saya tak sempat mengunjungi meja berisi kreasi para peserta.

Bagaimana caramu mengonsumsi Kental Manis?

24 comments:

  1. Rasa kental manis memang manis banget ya mbak.. aku paling suka pakai kental manis kalau makan roti tawar.. Kadang minum kopi campur kental manis. Juga air jahe kadang campur kental manis..enak.

    ReplyDelete
  2. aku biasanya olesin di roti tawar lalu ditaburi serutan keju. Jadi rasanya lengkap

    ReplyDelete
  3. Thanks for finally writing about >"Bincang-bincang Seputar Masalah Gizi Hingga Susu Kental Manis" <Liked it!

    ReplyDelete
  4. Tinggal bagaimana kita mengolahnya sih Mba. Kita sekeluarga sih penikmat SKM... hihihi

    ReplyDelete
  5. Edukasi tanpa henti memang sangat perlu sekali terkait SKM ini. Karena sampai saat ini pun di lingkunganku masih banyak keluarga yang menganggap SKM minuman sehat yang wajib ada.

    ReplyDelete
  6. Susu kental manis enaknya campur martabak manis atau es krim. Tapi, memang jangan berlebihan, asal wajar justru menyehatkan

    ReplyDelete
  7. Hello, Kak NAD 💕
    Benar, kak. Harus di ingat dan diingatkan kembali kalau SKM bukan Susu, SKM itu cocok ya jadi Topping. Bukan untuk diberikan ke anak-anak. Mari kembali ke ASI, Susu Sapi Segar, Susu UHT, maupun susu bubuk. Hehe.

    Salam kenal,
    @terryselvy

    ReplyDelete
  8. Bener banget mba. Suamiku selalu bilang. Kalau skm itu banyak gulanya. Kalau mau nambah gizi ya lebih baik minum susu yang bener-bener susu. Bukan cuman gula aja. Skm emang enak, tapi buat pendamping roti dll aja ..

    ReplyDelete
  9. Aku dan keluarga ku sejujurrnya sudah tidak lagi menggunakan SKM hampir setahun ini termasuk untuk topping makanan hehehe.... anak2ku semuanya minum susu UHT

    ReplyDelete
  10. Kental Manis Bukan Susuuuuu!!!!
    Masyarakat harus lebih banyak aware nih
    Jangan sampe gara-gara ini malah anak-anak di sumbar pada obes / kurang gizi semua, karna ASI dikira bisa diganti pake Susu kental manis X((

    ReplyDelete
  11. q suka tambahkan yg katanya dulu susu kental manis untuk campuran kopi, setelah tau dan rame2nya di bahas di tv, ternyata tidak mengandung susu,

    Dan ahirnya jarang mengkonsumsi susu kental manis :)

    ReplyDelete
  12. Yup jaman saya kecil memang kental manis rutin diminum sebagai susu, rutin nyetok berkaleng-kaleng di rumah, kalo sekarang karena sudah paham jadinya saya pake buat tambahan bikin kue, martabak manis, eskrim dll

    ReplyDelete
  13. Kental manis paling enak untuk tambahan jus ataupun disajikan dalam roti tawar. Pilihannya bisa yang gold atau cokelat dehh. Dijamin nikmat rasanya.

    ReplyDelete
  14. Saya memang gak terlalu suka SKM, bahkan bisa dibilang agak eneg klo minum,karena ada aroma yg kurang nyaman. Tapi masih banyak keluarga, terutama di pedesaan yg mengonsumsi & menyukai SKM ini. Apalagi saya tinggal di Yogya yg notabene masyarakatnya doyan makanan manis :)

    ReplyDelete
  15. Saya juga sempat salah kaprah soal susu kental manis ini. Jadinya waktu kecil biasa mengonsumsi SKM ini padahal ternyata ini krimer ya bukan susu karena lebih dominan gula ketimbang susunya. Kalau sekarang sih biasa beli SKM buat dimakan dengan roti, jadi semacam pengganti selai. Hehe

    ReplyDelete
  16. Masih perlu edukasi secara menyeluruh nih tentang istilah SKM di masyarakat. Iyes, seharusnya Kental Manis ini cuma sebagai topping dan bukan pengganti susu. Saya sih kadang memakai untuk topping martabak. Trus sekarang sedang penasaran dengan Kental Manis yg sugar free ;) Ada tuh varian barunya

    ReplyDelete
  17. SKM ini memang manisnya kebanyakan, makanya aku gak suka ngasih ke anakku yang masih 2.5 tahun SKM.

    ReplyDelete
  18. Dari dulu saya hanya menggunakan kental manis ini untuk tolong atau bahan puding. Kalau dipakai minum seperti minum susu sih jarang. Karena kan dia memang bukan susu. Thanks ya mbak artikelnya bikin makin ngerti kandungan sebenarnya

    ReplyDelete
  19. Kalau daku lebih seneng SKM dengan kopi, jadi gak pakai gula lagi

    ReplyDelete
  20. Hmm, ternyata lebih banyak gula ketimbang susu ya mba di SKM. Kalau aku biasa konsumsi SKM kalau lagi pengen dilarutkan dengan segelas air dingin saat sedang hausnya, atau dibuat puding

    ReplyDelete
  21. Betul, kental manis memang bukan susu. Sehingga lebih pas digunakan sebagai penambah cita rasa makanan pada dessert atau minuman. Kalau saya biasanya menggunakan kental manis untuk campuran puding atau membuat thai tea..

    ReplyDelete
  22. Saya suka sedia susu kental manis di rumah mbak. Buat teman saat sarapan pagi. Dioles ama roti maknyus banget. Plus praktis

    ReplyDelete

Terima kasih telah meninggalkan kritik dan saran yang santun dan membangun :)

About

Taruih Baraja merupakan sebuah personal blog oleh seorang bernama Nadel. Isinya tidak spesifik di satu niche/topik, sebagaimana hidup dan pemikiran yang juga punya beragam warna [...] Kenali lebih lanjut

Contact

taruihbaraja@gmail.com

Made with ❤ Taruih Baraja